Ilmu yang bercahaya yaitu ilmu untuk saling berbagi

Kaum Kaum Arab

Para sejarawan membagi kaum-kaum Arab berdasarkan garis keturunan asal mereka menjadi tiga bagian ,yaitu: 1) Arab Ba'idah, Yaitu kaum-kaum Arab kuno yang sudah punah dan tidak mungkin melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka, seperti Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Imlaq  (bangsa Raksasa), dan yang lainnya. 2) Arab Aribah, Yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah . 3) Arab Musta'ribah Yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah . Tempat kelahiran Arab Aribah (kaum Qahthan ) adalah negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan anak kanilah (marga), yang terkenal darinya ada dua kabilah, yaitu: A) Himyar , anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Za'id al-Jumhur, Qudha'ah dan Sakasik. B) Kahlan , anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Hamadan, Anmar, Thayyi', Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Kh

Adab Membaca Al-Qur'an

Adab adab seorang Muslim dalam membaca Al-Qur'an
Sebagai kitab suci, Al-Qur'an mempunyai adab tersendiri bagi orang yang membacanya. Adab tersebut sudah diatur dengan baik demi menjaga keagungan dan penghormatan terhadap Al-Qur'an. Setiap orang yang hendak atau tengah membaca Al-Qur'an harus memperhatikan adab adab tersebut. Di antara adab-adab yang dimaksud ialah:
  • Al-Qur'an harus dibaca dengan tartil sebagaimana diperintahkan Allah swt. dalam surah Al-Muzammil ayat 4:
"... Dan bacalah Al-Quran dengan tartil (perlahan-lahan)." (Q.S. 73 Al-Muzammil: 4)
  • Bagi orang yang mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al-Qur'an, disunahkan membacanya dengan penuh perhatian dan perenungan akan maksud ayat tersebut. Cara membaca seperti inilah yang dikehendaki, yakni tatkala lidah bergerak membaca, hati turut memperhatikan serta memikirkan isi kandungan ayatnya. Allah Ta'ala berfirman: 
"Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al-Qur'an? ..." (Q.S. 4 An-Nisa': 82)
  • Disunahkan membaca Al-Qur'an dengan suara yang merdu dan bagus sehingga menambah keindahan Al-Qur'an. Rasulullah saw. bersabda : "Hendaklah kalian menghiasi Al-Qur'an dengan suara kalian (yang merdu)." (H.R. Ahmad)
  • Sangatlah baik sebelum membaca Al-Qur'an kita berwudhu terlebih dahulu, karena kita hendak membaca kitab suci yang agung. Tatkala membaca, mulut pun hendaknya dalam keadaan bersih atau tidak berisi makanan. Lebih baik lagi jika kita menggosok gigi terlebih dahulu.
  • Disunahkan membaca Al-Qur'an di tempat yang suci dan bersih. Dengan kata lain, janganlah membaca Al-Qur'an di tempat yang najis, kotor, atau hina. Asy-Syab'bi berkata, "Adalah makruh membaca Al-Qur'an di tiga tempat: kamar mandi, tempat buang air besar atau kecil, dan tempat penggilingan yang sedang berputar." Sedangkan menurut Abu Maisarah, "Tidaklah dikatakan mengingat Allah, kecuali di tempat yang bai."
  • Disunahkan membaca Al-Qur'an di luar shalat dengan menghadap kiblat karena sebaik-baiknya tempat beribadah adalah menghadap kiblat. Seiring dengan itu pembaca Al-Qur'an hendaknya duduk dengan tenang, penuh kekhusyukan, dan menundukkan kepala bertanda khidmat. Inilah sikap yang paling mulia dan sempurna.
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Q.S. 3 Ali Imran: 191)


  • Sebelum memulai bacaan, disunahkan membaca isti'adzah dan basmalah terlebih dahulu. Maksudnya adalah dalam rangka meminta perlindungan Allah supaya dijauhkan dari tipu daya setan, sehingga hati dan pikiran tetap tenang saat membaca Al-Qur'an. Niat dan amalan kita juga diluruskan semata-mata mengharap berkah-Nya. perhatikan dalil berikut ini: 
  • Tergolong sebagai perbuatan bid'ah membaca Al-Qur'an dengan dinyanyikan dalam bentuk tar'id (suara pembacanya menggelegar bagai halilintar atau memekik seperti orang kesakitan), tarqish (seperti orang bernyanyi sambil nari), tathrib (seperti orang bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya), dan tardid (membaca Al-Qur'an yang diikuti jemaah pada setiap akhir bacaan dengan cara yang tidak tepat karena mengindahkan aturan waqaf (dan ibtida'-nya).
  • Apabila ketika membaca Al-Qur'an, perut terasa ingin buang angin atau mulut terasa hendak menguap, maka hentikanlah bacaan Al-Qur'an sejenak untuk menyelsaikan hajat tersebut. Jika telah sempurna, barulah bacaan Al-Qur'an dilanjutkan kembali (ibtida') dari tempat yang cocok dan baik. Inilah adab yang bagus.
  • Janganlah memutuskan bacaan Al-Qur'an sembarangan hanya hendak berbicara dengan orang lain atau memenuhi hajat yang tidak mendesak. Tetapi hentikanlah bacaan sampai pada batas ayat / lafazh Al-Qur'an yang sempurna dan tidak tergolong sebagai Waqaf Qabih.



"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (Q.S. 16 An-Nahl: 98)



Demikian beberapa hal yang perludiperhatikan berkenaan dengan adab membaca Al-Qur'an. Sebenarnya masih banyak adab-adab lainnya yang tidak saya bahas disini. Kajian lengkap mengenai adab-adab membaca Al-Qur'an dapat dilihat langsung dalam kitab At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur'an karya Imam an-Nawawi rahimahullah.

Akhirnya semoga Allah Yang Maha Penyayang senantiasa menjaga hati dan lisan kita dari kesalahan membaca ayat-ayat-Nya yang agung, menaungi hidup kita dengan petunjuk-Nya yang lurus, serta memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan selalu berkhidmat kepada Al-Qur'an.

Amiin Ya Mujibas Sa-ilin.

Baca juga: 7 Imam Qiraat Sab'ah

Komentar

Post Populer

7 Imam Qiraat Sab'ah

Keterkaitan Ilmu Tajwid dan Ilmu Qiraat

Pentingnya Mempelajari Ilmu Tajwid